Dunia musik tanah air kembali dibuat heboh dengan perilisan album kedua dari penyanyi dan penulis lagu eksentrik, Babbyang. Album bertajuk “Tobrut Hijab Ukhty Tante Omek Blunder” ini langsung mencuri perhatian publik sejak pengumumannya di media sosial seminggu lalu. Nama uniknya memicu rasa penasaran banyak orang, namun di balik judul yang nyentrik itu, tersimpan pesan artistik dan musikal yang mendalam.
“Orang pikir aku cuma main-main dengan judulnya,” ujar Babbyang dalam sesi jumpa pers di Jakarta Selatan. “Padahal, setiap kata di situ punya makna tentang identitas, kebingungan, dan keberanian perempuan modern di dunia digital.”
Eksperimen Musik dan Identitas
Album Tobrut Hijab Ukhty Tante Omek Blunder menandai langkah baru Babbyang dalam mengeksplorasi suara. Jika album pertamanya lebih bernuansa lo-fi pop dan indie ballad, kali ini Babbyang memadukan elemen synthwave, neo-soul, hingga electronic ambient yang membuatnya terdengar futuristik namun tetap emosional.
Setiap lagu di album ini seolah merepresentasikan sisi-sisi berbeda dari karakter perempuan yang sering salah dipahami. Judul-judul seperti “Ukhty Mode On”, “Omek’s Confession”, hingga “Blunder di Timeline” menyiratkan kisah tentang pencarian makna diri di era media sosial yang serba cepat dan penuh kontradiksi.
“Di album ini aku banyak bermain dengan dualitas,” kata Babbyang. “Antara malu dan percaya diri, antara realita dan persona online. Kadang kita semua cuma manusia yang… blunder.”
Proses Kreatif yang Penuh Cerita
Dibutuhkan waktu hampir satu tahun bagi Babbyang untuk menyelesaikan proyek ini. Ia menulis sebagian besar lagu di rumahnya di Bandung, sambil bereksperimen dengan berbagai instrumen analog. Ia juga menggandeng beberapa produser muda yang tengah naik daun di skena indie electronic.
Salah satu yang paling menonjol adalah kolaborasinya dengan produser bernama Rizkhan Vibe, yang membantu membentuk karakter suara di lagu “Hijab Frequency”. Lagu tersebut menggabungkan vocal layering lembut dengan ritme elektronik yang menenangkan — menghadirkan nuansa spiritual yang kontemporer.
“Prosesnya nggak selalu mulus,” ungkap Babbyang sambil tertawa. “Kadang aku merasa kehilangan arah, tapi justru di situ aku menemukan makna dari kata ‘blunder’. Kesalahan itu bagian dari perjalanan.”
Visual Album yang Berani dan Simbolik
Selain musik, Babbyang juga menaruh perhatian besar pada sisi visual album ini. Cover album menampilkan dirinya dalam konsep hijab futuristik dengan elemen warna neon dan simbol digital glitch — sebuah metafora atas benturan antara nilai tradisi dan dunia virtual yang serba cepat.
Konsep itu juga terlihat dalam video musik pertamanya, “Ukhty Mode On”, yang disutradarai oleh Dimas Aryawan. Video berdurasi empat menit itu menampilkan narasi surealis: seorang perempuan yang mencoba menemukan “suaranya” di tengah kebisingan dunia maya.
“Buatku, visual itu bahasa kedua. Kadang musik nggak cukup untuk menjelaskan kompleksitas perasaan manusia modern,” kata Babbyang.
Respons Positif dari Penggemar dan Kritikus
Tak butuh waktu lama, album Tobrut Hijab Ukhty Tante Omek Blunder langsung menjadi bahan perbincangan di media sosial. Tagar #BabbyangBlunderAlbum sempat menjadi trending topic di Twitter selama dua hari berturut-turut. Banyak yang memuji keberanian Babbyang mengangkat tema identitas perempuan dan kesadaran digital dengan gaya yang tidak menggurui.
Beberapa kritikus musik juga menilai bahwa album ini menandai kedewasaan artistik Babbyang. “Ia berhasil membawa konsep yang unik tanpa kehilangan kejujuran emosional,” tulis IndieBeat Magazine.
Kemenangan Tak Terduga di Panggung Nasional
Sebagai penutup perjalanan promosinya, Babbyang tampil memukau dalam acara penghargaan musik nasional IndoSound Awards 2025 dan secara mengejutkan berhasil membawa pulang penghargaan “Best Alternative Album of The Year.”
Suasana haru menyelimuti panggung saat Babbyang naik ke atas dengan mata berkaca-kaca. “Album ini lahir dari rasa takut, tapi malam ini aku belajar kalau ketakutan juga bisa jadi kekuatan,” ujarnya sambil tersenyum.
Momen itu menjadi puncak pembuktian bahwa Babbyang bukan sekadar sensasi viral, tetapi sosok seniman yang berani keluar dari zona nyaman untuk mengekspresikan pikirannya dengan cara yang jujur dan berani.
Tentang Babbyang
Babbyang pertama kali dikenal melalui lagu debutnya “Hujan di Tab Timeline” yang viral di platform streaming dua tahun lalu. Gaya vokalnya yang lembut, berpadu dengan lirik introspektif dan tema digital, membuatnya cepat mencuri hati pendengar muda. Kini, melalui album keduanya, Babbyang menegaskan diri sebagai simbol kreativitas tanpa batas di tengah industri musik yang seragam.
“Kalau dulu aku nyanyi untuk melupakan kesepian, sekarang aku nyanyi untuk merayakan siapa pun yang merasa berbeda,” tutup Babbyang.