iska Saputri, atau lebih dikenal di dunia maya sebagai Riskanjut, kembali menjadi sorotan publik setelah aksinya yang “TOBRUT PULEN” viral di berbagai platform media sosial. Sosok yang dulunya dikenal sebagai “ukhty berhijab santun”, kini ramai dibicarakan karena blunder yang tak disangka-sangka—berawal dari penampilannya yang memenangkan lomba nyanyi, hingga akhirnya tersebar cuplikan-cuplikan “asupan” di platform seperti justpaste.it, DoodStream, Telegram, hingga Terabox leaks.
Fenomena Riskanjut bukan hanya mencerminkan betapa cepatnya informasi menyebar di era digital, tapi juga bagaimana satu momen bisa mengubah citra seseorang secara drastis. Dalam artikel ini, kita akan membahas dari awal siapa Riska, bagaimana perjalanan viralnya dimulai, blunder hijab yang membuat heboh, serta dampaknya terhadap identitas ukhty yang selama ini ia bangun.
Siapa Itu Riska Saputri alias Riskanjut?
Riska Saputri adalah seorang konten kreator muda asal Indonesia yang mulai dikenal publik sejak 2022 melalui platform TikTok dan Twitter. Ia kerap membagikan konten-konten motivasi islami, outfit hijab OOTD, hingga quotes religi yang menarik perhatian banyak ukhty dan ikhwan di media sosial.
Namun, keunikan Riska terletak pada gayanya yang luwes. Di balik hijabnya yang syar’i dan nada bicaranya yang lembut, Riska ternyata memiliki bakat terpendam di dunia tarik suara. Dalam berbagai unggahan sebelumnya, banyak followers-nya memuji suara emasnya yang mirip dengan penyanyi religi ternama.
Tak heran, ketika ia mengikuti sebuah lomba nyanyi tingkat komunitas dengan tema lagu islami modern, Riska keluar sebagai juara pertama. Kemenangan ini menjadi titik awal perubahan drastis dalam hidupnya.
Viral Setelah Menang Lomba Nyanyi
Momentum kemenangan lomba nyanyi tersebut menjadi viral, apalagi karena ada video penampilannya yang tersebar di Twitter dan TikTok dengan caption seperti: “Ukhty ini juara lomba nyanyi, tapi lihat ending-nya sob!”
Video tersebut awalnya menuai pujian. Banyak yang tersentuh melihat seorang hijaber mampu menyanyikan lagu bernuansa religi dengan penuh penghayatan. Namun, tak berselang lama, netizen menemukan fakta menarik: dalam salah satu cuplikan video lain yang dibagikan oleh akun fanspage, Riska terlihat mengenakan pakaian yang dianggap “blunder” bagi identitas ukhty yang ia bangun selama ini.
Blunder Hijab: Dari Ukhty ke TOBRUT PULEN
Istilah “TOBRUT PULEN” menjadi populer di kalangan netizen sebagai sindiran untuk seseorang yang terlihat kalem, religius, dan berhijab di depan kamera, namun memiliki sisi yang bertolak belakang di balik layar. Sayangnya, istilah ini mulai dilekatkan pada Riskanjut setelah munculnya video-video yang dianggap blunder.
Salah satu video yang ramai dibicarakan berjudul “Riskanjut off cam – TOBRUT hijab gone” diunggah di platform justpaste.it, dan segera disebarkan di Twitter dan Telegram. Dalam video tersebut, Riska terlihat berada di ruangan pribadi dengan lighting studio, mengenakan pakaian yang tidak biasanya ia tampilkan ke publik.
Dalam beberapa detik, netizen menyimpulkan sendiri dan mulai menyebarkan cuplikan sebagai “asupan viral ukhty gagal hijrah”. Hal ini diperparah dengan akun-akun anonim di Twitter yang menyebarkan link ke platform Dood dan Terabox yang konon berisi versi full video tersebut.
Twitter, Telegram, Dood, dan Terabox: Jalur Viral yang Liar
Setelah blunder tersebut, nama Riskanjut langsung trending di Twitter Indonesia. Tagar seperti #RiskanjutLeaks, #UkhtyGagal, hingga #HijrahBlunder jadi perbincangan hangat. Tidak hanya netizen biasa, bahkan akun-akun selebtwit turut membahas kasus ini.
Di Telegram, muncul beberapa channel baru yang mengatasnamakan fanspage Riskanjut dan membagikan konten-konten yang diklaim eksklusif. Sementara di Terabox dan DoodStream, beberapa file dengan nama “Riska singing room raw”, “Riskanjut uncut”, dan “Hijab off moment” tersebar dan sudah diunduh ribuan kali.
Ini menjadi contoh nyata bagaimana sistem digital saat ini bisa mempercepat proses distribusi konten pribadi tanpa kontrol.
Reaksi Netizen: Antara Kecewa dan Penasaran
Tak semua netizen mengecam Riska. Sebagian merasa bahwa manusia bisa saja khilaf dan melakukan kesalahan. Namun tak sedikit pula yang merasa kecewa, terutama kalangan ukhty dan ikhwan yang menjadikannya panutan.
Komentar seperti:
“Ternyata ukhty favorit ane cuma hijrah konten 😢”
“Kita doain aja semoga dia sadar dan gak makin tenggelam…”
“Asupan ukhty kok jadi TOBRUT PULEN begini endingnya…”
Semakin menegaskan bahwa banyak dari pengikutnya merasa dikhianati oleh citra yang dulu ia bangun.
Sisi Positif: Pelajaran Digital dan Personal Branding
Di balik kontroversi ini, ada pelajaran penting yang bisa diambil. Bahwa personal branding di internet adalah pedang bermata dua. Apa yang kita tampilkan ke publik akan selalu menjadi arsip digital yang tak bisa hilang, dan apa yang kita sembunyikan bisa saja tersebar sewaktu-waktu.
Riska, dengan segala blundernya, menjadi pengingat bahwa dunia maya bukan tempat yang aman untuk menyimpan sisi pribadi yang bertentangan dengan citra publik. Terutama ketika seseorang sudah menjadi publik figur, sekalipun hanya di tingkat komunitas Twitter atau Telegram.
Apa yang Bisa Dilakukan Riska Setelah Ini?
Jika imajinasi ini berlanjut, Riska kemungkinan akan membuat klarifikasi melalui video atau tulisan panjang. Dalam skenario ideal, ia akan:
-
Mengakui kesalahan secara jujur.
-
Menutup semua akun sementara untuk refleksi.
-
Kembali dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan tidak memaksakan citra.
-
Menjalani “hijrah” ulang yang lebih natural dan pribadi, bukan konten.
Bisa jadi, justru ini menjadi titik balik kariernya. Banyak konten kreator yang pernah blunder, namun bangkit kembali karena kejujuran mereka dalam menghadapi publik.
Penutup
Kisah Riska Saputri aka Riskanjut, dari ukhty berhijab yang memenangkan lomba nyanyi hingga viral sebagai TOBRUT PULEN karena blunder hijab, menjadi cermin realita zaman sekarang: cepat terkenal, cepat juga dilupakan atau dihujat.
Bagi kita sebagai penonton, jangan hanya menjadi hakim digital. Sebaliknya, ambil pelajaran bahwa dunia maya bisa membuat atau menghancurkan seseorang dalam hitungan jam. Dan bagi para konten kreator, jadilah autentik—karena kejujuran akan jauh lebih bertahan lama daripada pencitraan.